Tholhah bin Ubaidillah ra

Nama lengkapnya Tholhah bin Ubaidillah bin Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin Ta’im bin Murroh bin ka’ab bin Lu’ai. Ibunya bernama Ash-Sha’bah binti Al-Hadromi, saudara perempuan Al-Ala’. Pada awalnya Ash-Sha’bah menentang Nabi saw serta agama yang dibawa, namun beberapa lama kemudian dia menerima dan mendapat hidayah. Seperti kebanyakan orang Qurasy, Tholhah berprofesi sebagai saudagar atau pedagang. Sejak kecil dia berdagang. Sifatnya yang jujur, adil serta suka kerjasama saling menguntungkan, memiliki strategi dagang yang baik sehingga dia sukses di usia muda. Dia mampu bersaing denga saudagar lain yang lebih tua tanpa ada kecurangan. Di usia muda dia sudah punya pelayan yang membantu usaha dagangnya. Mitra dagang dan konsumennya merasa puas dan tidak dirugikan. Pada suatu pagi, Tholhah berangkat ke Syam. Ia akan mencoba peruntungan di kota itu. Rombongan Tholhah berangkat bersama rombongan-rombongan lain yang memiliki tujuan sama.

Setibanya di Syam, rombongan langsung menuju ke pasar Bashra. Sebagaimana pasar Ukaz di Makkah, pasar ini juga dipenuhioleh para pedagang, aktiitas hiburan, propaganda, dan pertemuan para kabilah kerap terjadi disini. Hal itu dimanfaatkan para pedagang untuk menambah ilmu dan pengetahuan disela-sela kegiatan dagangnya. Atau sekedar mendapat isu-isu berita yang sedang berkembang. Hal itu juga dialami oleh Tholhah bin Ubaidillah yang baru pertama kali ke pasar itu. Dan pada hari itu juga dia mengalami peristiwa menarik dalam hidupnya. Seorang pendeta yang berada di dekat Tholhah berteriak lantang, “Wahai para pedagang, adakah dari kalian yang berasal dari makkah?” Tholhah menyahut dengan spontan,” Saya dari makkah.” Seketika dengan tergopoh-gopoh, pendeta tersebut menghampiri Tholhah. Kemudian dengan antusias dan ekspresi penuh pengharapan, pendeta tersebut bertanya pada Tholhah, “Sudah munculkah orang yang bernama Ahmad?”, “Ahmad yang mana?” Tanya Tholhah,” Ahmad bin Abdullah, pada bulan ini pasti dating penutup para Nabi. Dan Ahmad itulah orangnya. Kelak dia akan hijrah ke negri yang berbatu-batu hitam yang banyak kurmanya. Ia akan berpindah ke negri yang subur makmur dan banyak garam” jelas pendeta. “Sebaiknya, engkau lekas menemuinya wahai anak muda.” Saran pendeta. Hati Tholhah bergetar mendengar penjelasan pendeta. Setelah itu pendeta pergi begitu saja. Tanpa piker panjang Tholhah segera pulang, padahal dia dan rombongn belum lama berada di pasar itu. Setibnya di Makkah, dia menemui keluarganya, dia bertanya tentang peristiwa yang mungkin terjadi sepeninggalnya. Ibu dan sanak saudaranya terkejut heran melihat sikap aneh Tholhah. Mereka mengatakan bahwa tidak ada peristiwa apapun yang menimpa mereka. Tholhah berkata” tidak, tidak, aku tidak bertanya tentang keluaraga, namun peristiwa apa yang terjadi di Makkah selama aku pergi?” kemudian Tholhah menceritakan pertemuannya dengan pendeta di Bashra. Keluarganya bercerita”…mungkin maksudnya Muhammad bin Abdullah (saw).. semua orang memang sedang membicarakannya. Dia mengaku dirinya Nabi, sahabatnya Abu Bakar juga mempercayainya” Tholhah berseru,”Abu Bakar?? Ya saya mengenalnya, dia seorang yang jujur, lapang dada,penyayang dan lemah lembut, dia juga pedagang yang baik dan adil. Dia juga ahli sejarah Quraisy dan orang orang menyukai majelisnya”. Sementara itu di gudang tempat menyimpan barang dagangannya, para pelayan Tholhah kebingungan akan sikap tuannya. Tanpa beristirahat, Tholhah langsung menemui Abu bakar. Ia mengikuti panggilan jiwanya untuk menemui Nabi penutup para Nabi. Sesampainya di rumah Abu bakar dia disambut dengan baik, Abu Bakar bertanya, ”Apa yang membuatmu kemari wahai Tholhah?” dia menjawab ”aku ingin tahu apakah benar Muhammad bin Abdullah adalah seorang Nabi dan engkau telah mempercayainya dan menjadi pengikutnya?” Abu Bakar menjawab “ benar aku pun mengimanai Allah dan Rosul-Nya Muhammad saw” Tholhah bertanya” apa yang membuatmu percaya pada Muhammad?” jawabnya “ semua orang tahu dia dijuluki Al-Amin, dan aku pun mengenalnya dengan baik, tidak ada satu pun dusta dari mulut beliau.” Tholhah bercerita tentang peristiwa yang dia alami di kota Syam. Abu Bakar pun bercerita tentang peristiwa turunya wahyu kepada Muhammad dan mengajaknya masuk Islam. Mereka berdua segera menuju rumah Rosulullah. Di sana Tholhah bersyahadat dan dia ceritakan pula peristiwa yang di alaminya di Syam.

Comments

Popular Posts