Sejarah Hidup Muhammad

oleh Muhammad Husain Haekal


Perkawinan Abdullah dengan Aminah - Abdullah wafat -

Muhammad lahir disusukan oleh Keluarga Sa'd - Kisah

dua malaikat - Lima tahun selama tinggal di pedalaman

- Aminah wafat - Di bawah asuhan Abd'l-Muttalib -

Abd'l-Muttalib wafat - Di bawah asuhan Abu Talib -

Pergi ke Suria dalam usia dua belas tahun- Perang

Fijar - Menggembala kambing - Ke Suria membawa

dagangan Khadijah - Perkawinannya dengan Khadijah


USIA Abd'l-Muttalib sudah hampir mencapai tujuhpuluh tahun

atau lebih tatkala Abraha mencoba menyerang Mekah dan

menghancurkan Rumah Purba. Ketika itu umur Abdullah anaknya

sudah duapuluh empat tahun, dan sudah tiba masanya dikawinkan.

Pilihan Abd'l-Muttalib jatuh kepada Aminah bint Wahb bin Abd

Manaf bin Zuhra, - pemimpin suku Zuhra ketika itu yang sesuai

pula usianya dan mempunyai kedudukan terhormat. Maka pergilah

anak-beranak itu hendak mengunjungi keluarga Zuhra. Ia dengan

anaknya menemui Wahb dan melamar puterinya. Sebagian penulis

sejarah berpendapat, bahwa ia pergi menemui Uhyab, paman

Aminah, sebab waktu itu ayahnya sudah meninggal dan dia di

bawah asuhan pamannya. Pada hari perkawinan Abdullah dengan

Aminah itu, Abd'l-Muttalib juga kawin dengan Hala, puteri

pamannya. Dari perkawinan ini lahirlah Hamzah, paman Nabi dan

yang seusia dengan dia.


Abdullah dengan Aminah tinggal selama tiga hari di rumah

Aminah, sesuai dengan adat kebiasaan Arab bila perkawinan

dilangsungkan di rumah keluarga pengantin puteri. Sesudah itu

mereka pindah bersama-sama ke keluarga Abd'l-Muttalib. Tak

seberapa lama kemudian Abdullahpun pergi dalam suatu usaha

perdagangan ke Suria dengan meninggalkan isteri yang dalam

keadaan hamil. Tentang ini masih terdapat beberapa keterangan

yang berbeda-beda: adakah Abdullah kawin lagi selain dengan

Aminah; adakah wanita lain yang datang menawarkan diri

kepadanya? Rasanya tak ada gunanya menyelidiki

keterangan-keterangan semacam ini. Yang pasti ialah Abdullah

adalah seorang pemuda yang tegap dan tampan. Bukan hal yang

luar biasa jika ada wanita lain yang ingin menjadi isterinya

selain Aminah. Tetapi setelah perkawinannya dengan Aminah itu

hilanglah harapan yang lain walaupun untuk sementara. Siapa

tahu, barangkali mereka masih menunggu ia pulang dari

perjalanannya ke Syam untuk menjadi isterinya di samping

Aminah.


Dalam perjalanannya itu Abdullah tinggal selama beberapa

bulan. Dalam pada itu ia pergi juga ke Gaza dan kembali lagi.

Kemudian ia singgah ke tempat saudara-saudara ibunya di

Medinah sekadar beristirahat sesudah merasa letih selama dalam

perjalanan. Sesudah itu ia akan kembali pulang dengan kafilah

ke Mekah. Akan tetapi kemudian ia menderita sakit di tempat

saudara-saudara ibunya itu. Kawan-kawannyapun pulang lebih

dulu meninggalkan dia. Dan merekalah yang menyampaikan berita

sakitnya itu kepada ayahnya setelah mereka sampai di Mekah.


Begitu berita sampai kepada Abd'l-Muttalib ia mengutus Harith

- anaknya yang sulung - ke Medinah, supaya membawa kembali

bila ia sudah sembuh. Tetapi sesampainya di Medinah ia

mengetahui bahwa Abdullah sudah meninggal dan sudah dikuburkan

pula, sebulan sesudah kafilahnya berangkat ke Mekah.

Kembalilah Harith kepada keluarganya dengan membawa perasaan

pilu atas kematian adiknya itu. Rasa duka dan sedih menimpa

hati Abd'l-Muttalib, menimpa hati Aminah, karena ia kehilangan

seorang suami yang selama ini menjadi harapan kebahagiaan

hidupnya. Demikian juga Abd'l-Muttalib sangat sayang kepadanya

sehingga penebusannya terhadap Sang Berhala yang demikian rupa

belum pernah terjadi di kalangan masyarakat Arab sebelum itu.


Peninggalan Abdullah sesudah wafat terdiri dari lima ekor

unta, sekelompok ternak kambing dan seorang budak perempuan,

yaitu Umm Ayman - yang kemudian menjadi pengasuh Nabi. Boleh

jadi peninggalan serupa itu bukan berarti suatu tanda

kekayaan; tapi tidak juga merupakan suatu kemiskinan. Di

samping itu umur Abdullah yang masih dalam usia muda belia,

sudah mampu bekerja dan berusaha mencapai kekayaan. Dalam pada

itu ia memang tidak mewarisi sesuatu dari ayahnya yang masih

hidup itu.


Aminah sudah hamil, dan kemudian, seperti wanita lain iapun

melahirkan. Selesai bersalin dikirimnya berita kepada Abd'l

Muttalib di Ka'bah, bahwa ia melahirkan seorang anak

laki-laki. Alangkah gembiranya orang tua itu setelah menerima

berita. Sekaligus ia teringat kepada Abdullah anaknya. Gembira

sekali hatinya karena ternyata pengganti anaknya sudah ada.

Cepat-cepat ia menemui menantunya itu, diangkatnya bayi itu

lalu dibawanya ke Ka'bah. Ia diberi nama Muhammad. Nama ini

tidak umum di kalangan orang Arab tapi cukup dikenal. Kemudian

dikembalikannya bayi itu kepada ibunya. Kini mereka sedang

menantikan orang yang akan menyusukannya dari Keluarga Sa'd

(Banu Sa'd), untuk kemudian menyerahkan anaknya itu kepada

salah seorang dari mereka, sebagaimana sudah menjadi adat kaum

bangsawan Arab di Mekah.


Mengenai tahun ketika Muhammad dilahirkan, beberapa ahli

berlainan pendapat. Sebagian besar mengatakan pada Tahun Gajah

(570 Masehi). Ibn Abbas mengatakan ia dilahirkan pada Tahun

Gajah itu. Yang lain berpendapat kelahirannya itu limabelas

tahun sebelum peristiwa gajah. Selanjutnya ada yang mengatakan

ia dilahirkan beberapa hari atau beberapa bulan atau juga

beberapa tahun sesudah Tahun Gajah. Ada yang menaksir tiga

puluh tahun, dan ada juga yang menaksir sampai tujuhpuluh

tahun.


Juga para ahli berlainan pendapat mengenai bulan kelahirannya.

Sebagian besar mengatakan ia dilahirkan bulan Rabiul Awal. Ada

yang berkata lahir dalam bulan Muharam, yang lain berpendapat

dalam bulan Safar, sebagian lagi menyatakan dalam bulan Rajab,

sementara yang lain mengatakan dalam bulan Ramadan.


Kelainan pendapat itu juga mengenai hari bulan ia dilahirkan.

Satu pendapat mengatakan pada malam kedua Rabiul Awal, atau

malam kedelapan, atau kesembilan. Tetapi pada umumnya

mengatakan, bahwa dia dilahirkan pada tanggal duabelas Rabiul

Awal. Ini adalah pendapat Ibn Ishaq dan yang lain.


Selanjutnya terdapat perbedaan pendapat mengenai waktu

kelahirannya, yaitu siang atau malam, demikian juga mengenai

tempat kelahirannya di Mekah. Caussin de Perceval dalam Essai

sur l'Histoire des Arabes menyatakan, bahwa Muhammad

dilahirkan bulan Agustus 570, yakni Tahun Gajah, dan bahwa dia

dilahirkan di Mekah di rumah kakeknya Abd'l-Muttalib.


Pada hari ketujuh kelahirannya itu Abd'l-Muttalib minta

disembelihkan unta. Hal ini kemudian dilakukan dengan

mengundang makan masyarakat Quraisy. Setelah mereka mengetahui

bahwa anak itu diberi nama Muhammad, mereka bertanya-tanya

mengapa ia tidak suka memakai nama nenek moyang. "Kuinginkan

dia akan menjadi orang yang Terpuji,1 bagi Tuhan di langit

dan bagi makhlukNya di bumi," jawab Abd'l Muttalib.


Aminah masih menunggu akan menyerahkan anaknya itu kepada

salah seorang Keluarga Sa'd yang akan menyusukan anaknya,

sebagaimana sudah menjadi kebiasaan bangsawan-bangsawan Arab

di Mekah. Adat demikian ini masih berlaku pada

bangsawan-bangsawan Mekah. Pada hari kedelapan sesudah

dilahirkan anak itupun dikirimkan ke pedalaman dan baru

kembali pulang ke kota sesudah ia berumur delapan atau sepuluh

tahun. Di kalangan kabilah-kabilah pedalaman yang terkenal

dalam menyusukan ini di antaranya ialah kabilah Banu Sa'd.

Sementara masih menunggu orang yang akan menyusukan itu Aminah

menyerahkan anaknya kepada Thuwaiba, budak perempuan pamannya,

Abu Lahab. Selama beberapa waktu ia disusukan, seperti Hamzah

yang juga kemudian disusukannya. Jadi mereka adalah saudara

susuan.


Sekalipun Thuwaiba hanya beberapa hari saja menyusukan, namun

ia tetap memelihara hubungan yang baik sekali selama hidupnya.

Setelah wanita itu meninggal pada tahun ketujuh sesudah ia

hijrah ke Medinah, untuk meneruskan hubungan baik itu ia

menanyakan tentang anaknya yang juga menjadi saudara susuan.

Tetapi kemudian ia mengetahui bahwa anak itu juga sudah

meninggal sebelum ibunya.


Akhirnya datang juga wanita-wanita Keluarga Sa'd yang akan

menyusukan itu ke Mekah. Mereka memang mencari bayi yang akan

mereka susukan. Akan tetapi mereka menghindari anak-anak

yatim. Sebenarnya mereka masih mengharapkan sesuatu jasa dari

sang ayah. Sedang dari anak-anak yatim sedikit sekali yang

dapat mereka harapkan. Oleh karena itu di antara mereka itu

tak ada yang mau mendatangi Muhammad. Mereka akan mendapat

hasil yang lumayan bila mendatangi keluarga yang dapat mereka

harapkan.


Akan tetapi Halimah bint Abi-Dhua'ib yang pada mulanya menolak

Muhammad, seperti yang lain-lain juga, ternyata tidak mendapat

bayi lain sebagai gantinya. Di samping itu karena dia memang

seorang wanita yang kurang mampu, ibu-ibu lainpun tidak

menghiraukannya. Setelah sepakat mereka akan meninggalkan

Mekah. Halimah berkata kepada Harith bin Abd'l-'Uzza suaminya:

"Tidak senang aku pulang bersama dengan teman-temanku tanpa

membawa seorang bayi. Biarlah aku pergi kepada anak yatim itu

dan akan kubawa juga."


"Baiklah," jawab suaminya. "Mudah-mudahan karena itu Tuhan

akan memberi berkah kepada kita."


Halimah kemudian mengambil Muhammad dan dibawanya pergi

bersama-sama dengan teman-temannya ke pedalaman. Dia

bercerita, bahwa sejak diambilnya anak itu ia merasa mendapat

berkah. Ternak kambingnya gemuk-gemuk dan susunyapun

bertambah. Tuhan telah memberkati semua yang ada padanya.


Selama dua tahun Muhammad tinggal di sahara, disusukan oleh

Halimah dan diasuh oleh Syaima', puterinya. Udara sahara dan

kehidupan pedalaman yang kasar menyebabkannya cepat sekali

menjadi besar, dan menambah indah bentuk dan pertumbuhan

badannya. Setelah cukup dua tahun dan tiba masanya disapih,

Halimah membawa anak itu kepada ibunya dan sesudah itu

membawanya kembali ke pedalaman. Hal ini dilakukan karena

kehendak ibunya, kata sebuah keterangan, dan keterangan lain

mengatakan karena kehendak Halimah sendiri. Ia dibawa kembali

supaya lebih matang, juga memang dikuatirkan dari adanya

serangan wabah Mekah.


Dua tahun lagi anak itu tinggal di sahara, menikmati udara

pedalaman yang jernih dan bebas, tidak terikat oleh sesuatu

ikatan jiwa, juga tidak oleh ikatan materi.


Pada masa itu, sebelum usianya mencapai tiga tahun, ketika

itulah terjadi cerita yang banyak dikisahkan orang. Yakni,

bahwa sementara ia dengan saudaranya yang sebaya sesama

anak-anak itu sedang berada di belakang rumah di luar

pengawasan keluarganya, tiba-tiba anak yang dari Keluarga Sa'd

itu kembali pulang sambil berlari, dan berkata kepada

ibu-bapanya: "Saudaraku yang dari Quraisy itu telah diambil

oleh dua orang laki-laki berbaju putih. Dia dibaringkan,

perutnya dibedah, sambil di balik-balikan."


Dan tentang Halimah ini ada juga diceritakan, bahwa mengenai

diri dan suaminya ia berkata: "Lalu saya pergi dengan ayahnya

ke tempat itu. Kami jumpai dia sedang berdiri. Mukanya

pucat-pasi. Kuperhatikan dia. demikian juga ayahnya. Lalu kami

tanyakan: "Kenapa kau, nak?" Dia menjawab: "Aku didatangi oleh

dua orang laki-laki berpakaian putih. Aku di baringkan, lalu

perutku di bedah. Mereka mencari sesuatu di dalamnya. Tak tahu

aku apa yang mereka cari."


Halimah dan suaminya kembali pulang ke rumah. Orang itu sangat

ketakutan, kalau-kalau anak itu sudah kesurupan. Sesudah itu,

dibawanya anak itu kembali kepada ibunya di Mekah. Atas

peristiwa ini Ibn Ishaq membawa sebuah Hadis Nabi sesudah

kenabiannya. Tetapi dalam menceritakan peristiwa ini Ibn Ishaq

nampaknya hati-hati sekali dan mengatakan bahwa sebab

dikembalikannya kepada ibunya bukan karena cerita adanya dua

malaikat itu, melainkan - seperti cerita Halimah kepada Aminah

- ketika ia di bawa pulang oleh Halimah sesudah disapih, ada

beberapa orang Nasrani Abisinia memperhatikan Muhammad dan

menanyakan kepada Halimah tentang anak itu. Dilihatnya

belakang anak itu, lalu mereka berkata:


"Biarlah kami bawa anak ini kepada raja kami di negeri kami.

Anak ini akan menjadi orang penting. Kamilah yang mengetahui

keadaannya." Halimah lalu cepat-cepat menghindarkan diri dari

mereka dengan membawa anak itu. Demikian juga cerita yang

dibawa oleh Tabari, tapi ini masih di ragukan; sebab dia

menyebutkan Muhammad dalam usianya itu, lalu kembali

menyebutkan bahwa hal itu terjadi tidak lama sebelum

kenabiannya dan usianya empatpuluh tahun.


sumber: http://media.isnet.org/islam/Haekal/Muhammad/Lahir1.html#53a

Comments

Popular Posts